Minggu, 10 Februari 2008

Menggagas Ekonomi Islam di Era Global

( Oleh : Lukman Hakim )

Di negara-negara ASEAN sebenarnya Indonesia sudah cukup tertinggal dalam bidang ekonomi, seperti produktifitas tenaga kerja sebagai ukuran kemajuan suatu bangsa, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina. Produktifitas tenaga kerja Indonesia yang masih rendah dari negara lain perlu mendapat perhatian yang maksimal. Produktifitas tenaga kerja dipengaruhi oleh pendidikan, etos kerja, disIplin dan motivasi, di samping pengaruh faktor eksternal seperti Industrial Peace.Tahun 2003 kawasan ASEAN sepakat untuk memberlakukan AFTA (ASEAN Free Trade Area ) yang berarti merupakan liberalisasi ekonomi dalam bentuk free market, diperluas 2010 di lingkungan negara maju serta 2020 seluruh kawasan negara-negara APEC ( Asia Pasific Economic Cooperation ). Dengan demikian saat ini ekonomi internsional telah memasuki era global yang tidak mengenal batas, baik ideologi maupun negara.
Di era semacam ini setiap orang, badan hukum atau negara yang bermodal kuat serta merta dapat membuka economic resources whereever they want. Di samping itu ekonomi internasioanl saat ini dipengaruhi oleh negara-negara liberal yang kuat dalam permodalan. Kapitalisme, by it self, membutuhkan " pasar yang luas " tak terkecuali Indonesia sebagai konsekuensi logis dari sistem free market.

Menurut Anwar Sadad dan AF Zamroni dalam tulisannya yang berjudul Konflik Elit dan Kapitalisme Global mengemukakan bahwa Indonesia menjadi penting di mata aktor-aktor kapitalisme global ( baca : AS ) karena dua hal. Pertama, pada era perang dingin terjadi perebutan pengaruh antara AS sebagai blok kapitalis dan Uni Soviet sebagai blok komunis. Dalam perpektif ini peran Indonesia menjadi sangat penting. Panjangnya masa kekuasaan Soeharto, merupakan bagian dari balas budi Amerika atas usaha-usaha yang dilakukan Soeharto menjadikan komunisme sebagai " bahaya laten " bagi bangsa Indonesia. Kampanye anti komunisme dipraktekan dengan cara-cara yang tidak humanis, diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kedua, begitu komunisme runtuh pada tahun 1989 yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin di Jerman Timur, sebenarnya tugas Soeharto menjadi "tameng " komunisme Amerika telah selesai. Kepentingan Amerika terhadap negara-negara ketiga tidak lagi untuk menghambat komunisme, melainkan pasar yang sehat bagi produk-produk teknologi yang mereka produksi. Pasar yang sehat hanya akan terwujud apabila ditunjang oleh pemerintahan yang bersih. Maka mulailah diperkenalkan HAM, good government, demokratisasi dan sebagainya. Pemerintahan Orde Baru ( Orba ) yang identik dengan korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN ) tidak lagi kondusif dalam " mengusung " kepentingan Amerika.

Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa dan mayoritas muslim memiliki potensi untuk menjadikan Islam sebagai kekuatan ekonomi, bila dapat memanfatakan situasi ekonomi internasional yang ada saat ini. Situasi ekonomi saat ini sangat bergantung pada permodalan negara-negara besar yang cenderung mengabaikan nilai-nilai keadilan, ekonomi biaya tinggi dan hanya berorientasi pada profit murni. Akibatnya timbullah eksploitasi ekonomi dan pemiskinan secara sistematis oleh negara-negara bermodal kuat terhadap negara miskin dengan "memaksakan " modal melalui lembaga donor internasional seperti IMF dan World Bank. Untuk itulah perlu adanya konsep ilmu ekonomi Islam yang nantinya diharapkan dapat bersaing secara kuat dengan ilmu ekonomi moderen. Partisipasi pengembangan dari sejumlah perorangan, universitas, pemerintahan dan organisasi riset yang relatif masih sangat kecil, karena sebagian besar negeri muslim cenderung kurang memberikan dukungan moral atau materi guna pengembangan ilmu sosial Islam harus segera diubah.

Kemudian untuk mewujudkan ekonomi Islam yang kuat minimal perlu adanya empat pendekatan sebagaimana yang disampaikan oleh Abdullah Hanif lewat tulisannya Islam dan Ekonomi Global.


  1. Pendekatan keyakinan.Setiap muslim yang telah beriman akan berserah diri dan patuh pada ajaran Alloh dan akan diimplementasikan dalam ketaqwaan kepada Alloh dalam kehidupan sehari-hari. Di bidang ekonomi mereka akan merujuk pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh Alloh. Implementasinya, setiap aktifitas ekonomi tersebut diperuntukan pada kesejahteraan sesama manusia.
  2. Pendekatan ibadah.Setiap kegiatan ekonomi harus diintegrasikan dengan nilai-nilai ibadah kepada Alloh. Pada hakekatnya seluruh kekayaan di muka bumi ini milik Alloh. Manusia hanya diberi amanat, hak pengelolaan dan hak pengembangannya demi kesejahteraan umat manausia secara keseluruhan. Sehingga sangat logis bila manusia diperintahkan untuk menafkahkan sebagian rizki yang diterimanya sebagai bagian implementasi ketaatan dan ketundukan atau ibadah kepada Alloh.
  3. Pendekatan sosial kemasyarakatan ( muamalah ).Sebagai bagain muamalah kegiatan ekonomi dapat dikategorikan sebagai hubungan duniawiyah antar manusia yang dapat diatur sendiri oleh mereka dengan senantiasa mengacu pada rambu-rambu ( Ushul Fiqhiyah ) yang telah ditetapkan. Adanya rambu-rambu agama inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi lainnya, seperti ekonomi kapitalis dan ekonomi liberal yang digerakkan oleh kepentingan profit semata.
  4. Pendekatan moral.Aktifitas ekonomi umat Islam harus terkontrol oleh akhlaq terpuji, tidak dipenuhi oleh hawa nafsu, keserakahan dan kekikiran ( QS. 2 : 168 ). Aktifitas ekonomi yang diharapkan adalah aktifitas yang berkeadilan dan efisien.

KESIMPULAN
Melihat realitas ekonomi internasional saat ini maka dapat ditarik beberapa asumsi tentang sistem ekonomi internasional. Pertama, dipengaruhi oleh pemilik modal kuat, Kedua, bersendikan profit murni, Ketiga, adanya eksploitasi berlebihan dari si kaya terhadap si miskin, Keempat, tipisnya komitmen kesejahteraan secara menyeluruh.

Berdasarkan asumsi tersebut Islam dapat berperan aktif dalam aktifitas ekonomi internasional. Untuk itu ada beberapa langkah yang harus ditempuh. Pertama, merumuskan sistem ekonomi Islam yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan kekinian seperti perbankan, asuransi, persekutuan modal investasi dan sebagainya. Kedua, sosialisasi rumusan sistem ekonomi Islam tersebut. Ketiga, memperluas jaringan kerja sama terutama ke negara-negara yang berpenduduk muslim.

Dengan demikian ekonom Islam harus memiliki kemampuan untuk memformulasi sistem ekonomi Islam, yang bertujuan pada penciptaan kesejahteraan umum yang bersendikan pada keadilan sosial, syari'at (religi) dan ekonomi biaya rendah (efisiensi). Sehingga pada akhirnya nanti menghasilkan ilmu ekonomi Islam yang dapat bersaing secara kuat dengan ilmu ekonomi moderen dan melahirkan human resource yang diharapkan bisa tetap survive di era ekonomi global.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ : Al-Islam dan Iptek, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
  2. Anwar Sadad dan AF Zamroni : Konflik Elit dan Kapitalisme Global, AULA No. 03/Tahun XXIII Maret 2001.
  3. Abdullah Hanif : Islama dan Ekonomi Global, Rindang No. 4 Th. XXVII Nopember 2001.

Tidak ada komentar: